La Ode Mendow merupakan penerus tahta Lakina Wali selanjutnya. Sejak berusia
remaja beliau telah diwarisi sikap kepahlawanan oleh
kakeknya La Ode Katimanuru. Sebagai Lakina
Wali Ke-VIII La Ode Mendow sangat berani seperti kakeknya, tidak gentar dalam menghadapi berbagai
persoalan.
Meskipun Bangsawan Buton dan Kolonial Belanda datang merayu dengan berbagai
janji untuk bekerja sama, namun La Ode Mendow tidak mau bekerja sama dengan
penjajah. Beliau rela mati demi Binongko dengan semboyan Mate Wambaja Aso Waliwu.
Sekitar tahun 1798 datang pula Ewali (Musuhnya Wali) atau sering
disebut Sanggila yaitu pembajak dari
Tobelo dan menyerang Binongko.
Mereka berlabuh di Pantai Yoro Wa Ode Gowa, namun pada akhirnya dapat ditumpas habis oleh pasukan
Raja Wali dibawah pimpinan Lakina Wali La Ode Mendow. Akibat faktor keamanan terganggu,
La Ode Mendow menyarankan kepada rakyat Binongko agar menyingkir di daerah lain. Maka dari itu
orang Binongko menyingkir jauh dengan berlayar menuju daerah aman. Namun
kemudian Sultan Buton Ke-27/Dayanu
Asraruddin (1799-1823) memerintahkan untuk kembali ke Pulau Binongko, tetapi ada juga
sebagian masyarakat Binongko memilih tidak kembali dan menetap dipulau yang
dituju. (La Rabu Mbaru, 2016: 103)
No comments:
Post a Comment