Selanjutnya, setelah La Ode Asibati wafat, maka yang menggantikan posisinya
ialah La Ode Gorau/Iyaro Motondu i Pasi/Iyaro Burkene (1835-1865M) sebagai
Lakina Wali Ke-XIV. Di masa pemerintahannya, ia dikenal cukup rajin
dan cinta laut, suka memancing di karang bersama cungguno pasi/parika tai (penjaga pantai/pengatur lokasi nelayan).
Adapun karang atau pulau yang mereka kunjungi adalah Karang Koko, Karang
Koromaha, Pulau Moromaho, Pulau Cuwu-Tuwu dan Pulau Kente Olo yang termasuk
dalam kadie (wilayah) Binongko. Pada saat ia memancing di Karang Koromaha
sebagai batas kadie (wilayah) Binongko dengan Tomia, bhangka (perahu) kecil yang ia tumpangi itu diterjang ombak besar
maka secara perlahan perahu itu tenggelam. Atas pertolongan Allah Swt sehingga
datanglah segerombolan “Ikan Layar” dalam bahasa wali di sebut isa kopangawa atau surei sampulawa. Dengan bantuan ikan layar inilah, ia dibawa sampai
tiba di pantai Wali Binongko.
Sehingga La Ode Gorau digelari sebagai Iyaro
Motondu Ipasi (mantan tenggelam di Karang). (La Rabu Mbaru, 2016)
Pada masa pemerintahan Sultan Buton Ke-XII/Sultan Kaimudin Muhammad Umara,
memerintahkan untuk memanggil La Ode Gorau dengan maksud untuk melawan La Cadi
(pemimpin bajak Tobelo). Sebab setiap orang yang melawan La Cadi selalu
dikalahkan. Mendengar hal itu, La Ode Gorau mengusulkan salah seorang pemuda
dari Binongko untuk melawan La Cadi dan pemuda itu bernama La Ode Murjani.
No comments:
Post a Comment